*AKU RINDU MUSYAWARAH*
(Writed by Mahyuddin)
05 November 2017/16 Shafar 1439 H
Musyawarah...
Satu kata yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga para organisatoris, tokoh masyarakat, tenaga kerja, dan para aktivis dakwah.
Dimana beberapa orang berkumpul saling berinteraksi dan berdiskusi satu sama lain.
Tak terkecuali di suatu lembaga dakwah, musyawarah sepertinya sudah menjadi agenda wajib untuk dilakukan. Karena tanpa musyawarah berbagai kegiatan akan sulit atau bahkan tidak terlaksana.
Lain halnya di lembaga-lembaga kemahasiswaan atau organisasi ekstrakurikuler dibidang non-keagamaan, biasanya kata musyawarah lebih dikenal dengan sebutan rapat. Meski penyebutannya berbeda tapi tujuannya sama, yakni untuk memutuskan sebuah perkara, mencari sebuah solusi untuk suatu masalah dan mengintegrasikan berbagai pikiran dari berbagai kaum-kaum idealis untuk mencari jalan keluar dari masalah yang hendak diselesaikan.
Musyawarah ini bukan terlahir karena adanya sebuah lembaga atau organisasi, akan tetapi hal ini sudah menjadi ketetapan dari Allah yang harus dilakukan oleh manusia ketika hendak menyelesaikan suatu masalah.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur'an :
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya”
[Ali-Imran : 159]
Sudah begitu jelas perintah dari Allah untuk menyuruh kita bermusyawarah ketika menghadapi suatu urusan. Sebab dalam menghadapi suatu urusan, bisa jadi urusan tersebut tak akan bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan 1 pikiran saja. Kuasa Allah Maha Luas, begitu banyak makhluk yang Allah ciptakan. Sebutlah manusia, yang begitu banyak hidup di muka bumi yang masing-masing telah diberi akal dan pikiran. Tujuannya agar mereka saling bertukar pikiran.
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan fisik dan psikologi yang berbeda, tujuaannya agar mereka saling bertukar pikiran dan informasi. Dan bertukar pikiran itu sangat subur kita lakukan dalam suatu forum musyawarah.
Di lembaga dakwah, pertama kali saya mengenal yang namanya musyawarah koordinasi. Dimana seorang laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) berinteraksi, bertukar pikiran dan informasi yang dibatasi oleh sebuah dinding pemisah yang disebut hijab atau pembatas.
Karena sejatinya dalam islam laki-laki dan perempuan dilarang untuk saling bertatapan langsung ketika melakukan suatu interaksi agar terhindar dari fitnah.
Bedanya sebuah lembaga dakwah dan lembaga-lembaga lainnya, sangat tampak jelas bahwa apa yang hendak kita tuju pastilah berbeda. Di lembaga dakwah, kita bermusyawarah bukan hanya untuk menyelesaikan sebuah masalah yang bersifat duniawi akan tetapi hal tersebut juga harus dilihat dari sisi akhirawi. Artinya penyelesaian tersebut mampu kita pertanggungjawabkan di dunia maupun akhirat.
Namun, sekarang yang lebih menyedihkan para aktivis dakwah ketika diundang untuk bermusyawarah lebih memilih untuk enggan tidak hadir atau memilih agenda lain yang sejatinya tidaklah begitu menjadi agenda yang prioritas atau bahkan lebih memilih tiduran di kost-kost an karena mungkin mereka berpikir bahwa dirinya tidaklah begitu urgen untuk hadir dalam musyawarah atau bisa jadi mereka berpikir bahwa masih banyak orang lain yang lebih pandai menuangkan ide-idenya untuk hadir dalam musyawarah.
Padahal bukan hanya sebuah ide-ide cemerlang yang kita butuhkan dalam musyawarah, ada banyak hal yang bisa kita peroleh dari musyawarah yang mungkin tidak kita pikirkan.
Dalam musyawarah kita memperoleh pengetahuan dan wawasan
Dalam musyawarah ukhwah kita diperkuat
Dalam musyawarah Emotional Quotient kita meningkat
Dalam musyawarah kita mendapatkan keberkahan, bila yang menjadi anggota musyawarah kita adalah orang-orang sholeh.
Kemenangan umat islam dalam perang Badar ketika melawan musuh-musuh Allah (read : kaum Quraisy) tidaklah terlepas dari yang namanya musyawarah. Dimana pada waktu itu ummat islam hanya berjumlah 313 orang sedangkan kaum Quraisy berjumlah kurang lebih 1.000 orang.
Namun, apa yang terjadi? Ummat islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada jumlah kaum Quraisy memenangkan perang tersebut. Tahukah kalian kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Itu karena Rasulullah pada waktu itu sangat merutinkan bermusyawarah dengan para sahabat. Hal ini berdasarkan dengan hadist yang diriwayatkan oleh para imam hadist.
"Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak musyawarah dengan sahabatnya dibanding Rasulullah SAW." (HR. Tirmidzi)
Wahai saudaraku,
Tidakkah kita menginginkan setiap agenda atau kegiatan di lembaga kita tercinta (read : LDF RM FT UNM) ini terlaksana dengan baik?
Kesuksesan sebuah kegiatan tidak pernah terlepas dari musyawarah, maka dari itu mari kita hidupkan kembali musyawarah.
"Apabila salah seorang kamu meminta bermusyawarah dengan saudaranya, maka penuhilah." (HR. Ibnu Majah)
(Writed by Mahyuddin)
05 November 2017/16 Shafar 1439 H
Musyawarah...
Satu kata yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga para organisatoris, tokoh masyarakat, tenaga kerja, dan para aktivis dakwah.
Dimana beberapa orang berkumpul saling berinteraksi dan berdiskusi satu sama lain.
Tak terkecuali di suatu lembaga dakwah, musyawarah sepertinya sudah menjadi agenda wajib untuk dilakukan. Karena tanpa musyawarah berbagai kegiatan akan sulit atau bahkan tidak terlaksana.
Lain halnya di lembaga-lembaga kemahasiswaan atau organisasi ekstrakurikuler dibidang non-keagamaan, biasanya kata musyawarah lebih dikenal dengan sebutan rapat. Meski penyebutannya berbeda tapi tujuannya sama, yakni untuk memutuskan sebuah perkara, mencari sebuah solusi untuk suatu masalah dan mengintegrasikan berbagai pikiran dari berbagai kaum-kaum idealis untuk mencari jalan keluar dari masalah yang hendak diselesaikan.
Musyawarah ini bukan terlahir karena adanya sebuah lembaga atau organisasi, akan tetapi hal ini sudah menjadi ketetapan dari Allah yang harus dilakukan oleh manusia ketika hendak menyelesaikan suatu masalah.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur'an :
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya”
[Ali-Imran : 159]
Sudah begitu jelas perintah dari Allah untuk menyuruh kita bermusyawarah ketika menghadapi suatu urusan. Sebab dalam menghadapi suatu urusan, bisa jadi urusan tersebut tak akan bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan 1 pikiran saja. Kuasa Allah Maha Luas, begitu banyak makhluk yang Allah ciptakan. Sebutlah manusia, yang begitu banyak hidup di muka bumi yang masing-masing telah diberi akal dan pikiran. Tujuannya agar mereka saling bertukar pikiran.
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan fisik dan psikologi yang berbeda, tujuaannya agar mereka saling bertukar pikiran dan informasi. Dan bertukar pikiran itu sangat subur kita lakukan dalam suatu forum musyawarah.
Di lembaga dakwah, pertama kali saya mengenal yang namanya musyawarah koordinasi. Dimana seorang laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) berinteraksi, bertukar pikiran dan informasi yang dibatasi oleh sebuah dinding pemisah yang disebut hijab atau pembatas.
Karena sejatinya dalam islam laki-laki dan perempuan dilarang untuk saling bertatapan langsung ketika melakukan suatu interaksi agar terhindar dari fitnah.
Bedanya sebuah lembaga dakwah dan lembaga-lembaga lainnya, sangat tampak jelas bahwa apa yang hendak kita tuju pastilah berbeda. Di lembaga dakwah, kita bermusyawarah bukan hanya untuk menyelesaikan sebuah masalah yang bersifat duniawi akan tetapi hal tersebut juga harus dilihat dari sisi akhirawi. Artinya penyelesaian tersebut mampu kita pertanggungjawabkan di dunia maupun akhirat.
Namun, sekarang yang lebih menyedihkan para aktivis dakwah ketika diundang untuk bermusyawarah lebih memilih untuk enggan tidak hadir atau memilih agenda lain yang sejatinya tidaklah begitu menjadi agenda yang prioritas atau bahkan lebih memilih tiduran di kost-kost an karena mungkin mereka berpikir bahwa dirinya tidaklah begitu urgen untuk hadir dalam musyawarah atau bisa jadi mereka berpikir bahwa masih banyak orang lain yang lebih pandai menuangkan ide-idenya untuk hadir dalam musyawarah.
Padahal bukan hanya sebuah ide-ide cemerlang yang kita butuhkan dalam musyawarah, ada banyak hal yang bisa kita peroleh dari musyawarah yang mungkin tidak kita pikirkan.
Dalam musyawarah kita memperoleh pengetahuan dan wawasan
Dalam musyawarah ukhwah kita diperkuat
Dalam musyawarah Emotional Quotient kita meningkat
Dalam musyawarah kita mendapatkan keberkahan, bila yang menjadi anggota musyawarah kita adalah orang-orang sholeh.
Kemenangan umat islam dalam perang Badar ketika melawan musuh-musuh Allah (read : kaum Quraisy) tidaklah terlepas dari yang namanya musyawarah. Dimana pada waktu itu ummat islam hanya berjumlah 313 orang sedangkan kaum Quraisy berjumlah kurang lebih 1.000 orang.
Namun, apa yang terjadi? Ummat islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada jumlah kaum Quraisy memenangkan perang tersebut. Tahukah kalian kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Itu karena Rasulullah pada waktu itu sangat merutinkan bermusyawarah dengan para sahabat. Hal ini berdasarkan dengan hadist yang diriwayatkan oleh para imam hadist.
"Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak musyawarah dengan sahabatnya dibanding Rasulullah SAW." (HR. Tirmidzi)
Wahai saudaraku,
Tidakkah kita menginginkan setiap agenda atau kegiatan di lembaga kita tercinta (read : LDF RM FT UNM) ini terlaksana dengan baik?
Kesuksesan sebuah kegiatan tidak pernah terlepas dari musyawarah, maka dari itu mari kita hidupkan kembali musyawarah.
"Apabila salah seorang kamu meminta bermusyawarah dengan saudaranya, maka penuhilah." (HR. Ibnu Majah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar